Kamis, 22 Juli 2021

 




SMK WONGSOREJO GOMBONG

KELOMPOK TEKNOLOGI REKAYASA DAN INFORMATIKA

TERAKREDITASI B

Jl. Yos Sudarso Timur No. 16 Telp (0287) 471626 Gombong –Kebumen

Website : www.smkwongso.com  Email: smkwongso75@gmail.com


 

 

MATERI PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan                : SMK WONGSOREJO GOMBONG

Kompetensi Keahlian           : Teknik Kendaraan Ringan

Mata Pelajaran                      : Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan

Kelas/ Semester                     : XII / 1

Tahun Pelajaran                   : 2021/2022

 

A.    Kompetensi Dasar

3.12 Mendiagnosis kerusakan sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan     

4.12 Memperbaiki sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan

 

B.     Tujuan Pembelajaran

1.   Siswa dapat mengamati untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah tentang cara pemeriksaan kerusakan sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan

2.      Mengumpulan data tentang letak kerusakan sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan

3.      Mengolah data tentang hasil perbaikan kerusakan sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan

4.      Mengomunikasikan tentang hasil perbaikn kerusakan sistem starter

 

C.    Materi pembelajaran

Kendaraan bermotor merupakan unit peralatan yang merupakan hasil rekayasa manusia untuk mengatasi kelemahan manusia, yaitu kelemahan mobilitas dan kekuatannya. Sehingga kendaraan bermotor direkayasa untuk menghasilkan gerakan yang lebih cepat dan daya angkut yang besar sesuai dengan kebutuhan/keinginan yang diharapkan oleh manusia. Bagian utama kendaraan bermotor terdiri dari dua yaitu unit pembangkit tenaga dan mekanisme penggerak yang terdiri dari kumpulan dari berbagai macam komponen yang jumlahnya dalam satu unit kendaraan mencapai ribuan. Meskipun demikian kesemuanya dapat bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing secara kompak, sehingga dihasilkan mobilitas dan kekuatan yang diharapkan. Prinsip dasar hukum alam yang diketahui bahwa setiap benda akan mengalami kerusakan dan prinsip tersebut berlaku juga pada kendaraan bermotor. Berbagai macam kerusakan yang terjadi menyebab-kan terjadinya permasalahan-permasalahan pada kendaraan bermotor. Sebagai contoh terjadinya keausan dari dua bagian yang saling bergesekan, akan memunculkan permasalahan-permasalahan kebocoran dan kelonggaran yang menghambat fungsi kendaraan tersebut. Keausan ring piston atau silinder misalnya, akan menimbulkan permasalahan-permasalahan pe-makaian bahan bakar boros, tenaga kurang, mesin panas dan terjadi suara-suara atau parahnya kendaraan tersebut sampai tidak berfungsi sama sekali sesuai dengan yang diinginkan. Permasalahan-permasalahan yang terjadi pada kendaraan,diketahui dari munculnya gejala-gejala terjadinya kerusakan. Atau dengan kata lain, kerusakan pada bagian-bagian kendaraan tidak dapat diketahui secara langsung, yang dapat diketahui secara langsung hanyalah gejalanya Oleh karena itu untuk memperbaiki kerusakan komponen atau bagian-bagian kendaraan, diperlukan kemampuan untuk mengindentifika-si gejala-gejala yang terjadi. Berdasarkan gejala-gejala tersebut dilakukan

Prinsip-Prinsip Diagnosis

Tujuan Khusus:

Setelah mempelajari/mengerjakan kegiatan belajar1 ini,

diharapkan mahasiswa dapat:

1.             Menjelaskan prinsip-prinsip Diagnosis dengan benar

2.             Membedakan pendekatan yang tepat di dalam proses diagnosis kendaraan

3.          Menjelaskan dampak yang buruk pada usaha perbaikan kendara-an dengan kesalahan prinsip diagnosis yang salah.

4.             Mejelaskan peranan alat ukur yang baik dalam kegiatan diagnosis kendaraan.

5.             Menjelaskan konsep penyusunan trouble shooting chart.

 

Diagnosis merupakan prosedur yang perlu dilakukan untuk menemukan kerusakan/permaslahan pada kendaraan, sebelum di-lakukan perbaikkan. Sehingga melalui diagnosis akan ditemukan jawaban yang akan dipergunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikkan atau penyembuhan terhadap gejala-gejala kerusakan pada  kendaraan.  Pendekatan yang dipergunakan dalam proses diagnosis yang berkembang di lapangan ada dua pendekatan, yaitu pendekatan ilmiah dan pendekatan trial and error. Pendekatan ilmiah berarti didalamnya terkandung konsep induksi, deduksi, dan verifikasi. Hal ini dapat dilihat prosesnya diawali dengan proses pengumpulan data/gejala, analisis data, dan penarikan kesimpulan dan dilanjutkan verifikasi. Sedangkan pendekatan trial and error dilakukan berdasar-kan pada konsep analogi terhadap pengalaman-pengalaman yang dimiliki.

1.             Pendekatan trial and error

Proses perbaikan dengan pendekatan ini, banyak diwarnai oleh pengulangan-pengulangan perbaikan sampai ditemukan perbaikan yang seharusnya. Pengulangan perbaikan ini disamping merupakan pemborosan tenaga juga pemborosan biaya perbaikan. Sebagai contoh permasalahan tenaga mesin menurun, faktor penyebabnya dapat timing ignition tidak tepat, kompresi bocor baik karena ring piston ataupun klep bocor,atau kondisi busi antar silinder tidak sama. Apabila pengalaman yang dimiliki hanya keausan ring piston, maka diagnoser akan menentukan perbaikannya dengan penggantian ring piston. Hal ini tidak akan menimbulkan per-masalahan bila sekali coba tepat sesuai dengan permasalahan, namun apabila tidak maka akan muncul permasalahan. Per-masalahannya terletak pada penggantian komponen (ring piston), dan kerusakan perpak karena pembongkaran berikutnya, serta pengeluaran tenaga dan waktu yang lebih banyak. Disamping itu dapat pula terjadi bertambahnya permasalahan yang terjadi pada kendaraan. Apabila perubahan permasalahan tersebut justru lebih besar, akan menutup permasalahan sebelumnya.

Proses pengenalan sistem sering diabaikan oleh diagnoser yang biasanya menganggap atau mengasumsikan antara kendaraan yang satu dengan yang lainnya sama saja. Asumsi tersebut tidak sepenuhnya salah, namun sikap demikian hanya untuk memperoleh konsep yang paling mendasar dari komponen pokok dari sebuah kendaraan. Sehingga seharusnya pengembangan komponen dari setiap periode perkembangan juga termasuk dikenali oleh setiap diagnoser. Perlu disampaikan setiap unsur pengembangan pada kendaraan, tentu terdapat pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam rangka peningkatan unjuk kerja kendaraan tersebut dibanding-kan produk-produk sebelumnya.  

Kemungkinan yang lain karena keterbatasan kepemilikan manual atau buku-buku yang relevan, dan yang paling parah memang tidak mau kenal karena malas membaca. Kedua tipe yang sama-sama mengabaikan pengenalan sistem ini, dalam proses menemukan kerusakan kendaraan menggunakan pendekatan trial and error atau coba-coba. Pendekatan ini mengandalkan banyaknya pengalaman yang dimiliki oleh diagnoser. Sehingga kadang jawaban kerusakan yang terjadi pada kendaraan begitu cepat, karena jawaban yang diberikan didasarkan pada pengalaman yang dimiliki. Ciri proses ini sulit dimintai jawaban “mengapa demikian”.  Hal ini karena dalam memperoleh hubungan antara gejala dengan kerusak-an yang terjadi melalui proses coba-coba, artinya coba ini salah, coba itu salah, sampai akhirnya coba ini benar.  

Sehingga saat ditemukan kerusakan yang terjadi, mereka tidak dapat menjelaskan hubungannya dengan gejalanya. Untuk memperjelas dapat diperhatikan diagram alur berikut ini.

               The trial-and-error method used for solving problems of the participants.  

Gambar 1. Diagram Alur Pendekatan Trial and Error

Penggunaan pendekatan coba-coba ini, banyak menimbul-kan permasalahan dan kerugian khususnya pada pemilik kendaraan bila diagnoser tersebut bekerja pada bengkel penjual jasa perbaikan kendaraan). Sebagai contoh, seorang pemilik kendaraan meng-ungkapkan permasalahan mesinnya tidak stabil (pincang). Berdasar-kan pengalaman si mekanik, permasalahan tersebut karena busi yang tidak baik. Tanpa pemeriksaan lebih jauh si mekanik/diagnoser langsung menulis order mengganti busi-businya dengan yang baru. Namun setelah diganti permasalahan yang dikeluhkan tidak teratasi atau mesin masih tetap pincang. 

Permasalahan akhirnya muncul, siapa yang menanggung biaya atau harga busi-busi baru tersebut?, pemilik kendaraan atau bengkel. Pada permasalahan seperti ini, biasanya posisi yang lemah ada pada pemilik kendaraan, padahal seharusnya menjadi tanggung jawab bengkel. Namun apabila bengkel mengalami permasalahan seperti ini berulangkali, sebagai akibat diagnoser yang meng-gunakan pendekatan trial and error tersebut, maka akan berakibat kebangkrutan. Sehingga apabila dibebankan pada costemer merupa-kan ketidak jujuran, sedangkan apabila dibebankan pada bengkel merupakan awal kebangkrutan bengkel. 

2.             Pendekatan Ilmiah

Kendaraan adalah teknologi yang merupakan salah satu hasil/produk pemikiran ilmiah yang dilakukan oleh manusia, bukan merupakan kegiatan yang menggunakan pendekatan trial and error. Hal ini perlu disampaikan karena setiap bagian dari kendaraan dibuat berdasarkan perhitungan atau pertimbangan rasional tertentu, sehingga antara satu sistem dengan sistem yang lainnya tentu terdapat argumentasi-argumentasi rasionalnya pula. Oleh karena itu dalam melakukan diagnosispun, seharusnya tidak terlepas dari karakter dari obyek yang dihadapi. 

Seperti telah disampaikan di atas pendekatan ilmiah berarti di dalamnya terkandung konsep induksi, deduksi, dan verifikasi. Untuk dapat melakukan proses penarikan kesimpulan baik secara induksi maupun deduksi diperlukan informasi-informasi atau data-data. Oleh karena itu  langkah awal yang harus dilakukan adalah tersedianya data-data yang diperlukan. Data-data atau informasi dapat berbentuk umum berdasarkan konsep-konsep yang berlaku pada kendaraan, dan dapat pula berupa informasi khusus tentang kendaraan tersebut. Sehingga dalam pengambilan kesimpulan dilakukan baik secara deduksi maupun induksi, akan diperoleh  jawaban sementara terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi. Kesimpulan sementara tersebut selanjutnya dilakukan peng-ujian menggunakan perlengkapan diagnosis.  

 modul diagnosis kendaraan

                                          Gambar 2. Diagram Alur Pendekatan Ilmiah.

1)             Pengumpulan Data

Pertama-tama yang harus dilakukan dalam melakukan diagnosis adalah mengenal dengan baik sistem kendaraan tersebut. Pengenalan ini meliputi jenis kendaraan, merk kendaraan, dan tahun pembuatannya. Data ini sebagai data dasar untuk mengena kendaraan tersebut, pengenalan lebih lanjut melalui buku manual. Seperti diketahui pada periode tertentu, sistem yang terkandung pada produksi kendaraan mengalami perubahan/perkembangan atau perbedaan dengan produksi sebelumnya atau sesudahnya. Meski-pun kemungkinan perkembangan tersebut sangat kecil, namun perubahan yang dilakukan tentu mempunyai makna agar produksi berikutnya lebih baik dari sebelumnya. Perubahan-perubahan ter-sebut termasuk yang harus dikenal, dan termasuk didalamnya peran perubahan tersebut terhadap kendaraan yang didiagnosis. Pengenalan sistem ini dimaksudkan untuk meletakkan alur analisis kerusakan sub-sistem pada kendaraan.

Proses pengumpulan data kendaraan yang mengalami kerusakan, dapat menggunakan dua sumber data yaitu data primer dan data skunder. Data primer terdapat pada kendaraan dan data skunder terdapat pada pemakai atau pemilik kendaraan. Data utama memang terdapat pada kendaraan, namun untuk memperdalam kajian terhadap permasalahan yang terjadi, data skunder akan sangat membantu. Apalagi apabila proses perbaikan tersebut dilakukan oleh bengkel penjual jasa perbaikan, keluhan pemakai kendaraan menjadi tolok ukur proses perbaikan.

Pengumpulan data atau informasi dari pemilik kendaraan, tentang what, when, where, dan how. Pertanyaan what berkisar pada kondisi yang dikeluhkan oleh pemilik kendaraan. Hal ini perlu dikaji secara hati-hati mengingat pemilik kendaraan asumsinya tidak memahami seluk beluk kendaraan, meskipun terdapat juga sebagian pemilik yang sedikit banyak tahu tentang kendaraan. Sehingga pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus dapat mentransfer bahasa pemilik menjadi bahasa teknik atau bengkel, dan proses perbaikkan dilaksanakan hakekatnya adalah untuk mengatasi keluhan pemilik. 

Pertanyaan berikutnya adalah when atau kapan, berkaitan dengan saat mulai terjadinya permasalahan sampai dengan saat diperaiki. Apabila terjadinya sudah cukup lama, maka diagnoser perlu berfikir kemungkinan dampak permasalahan tersebut terhadap sistem yang lainnya. Sebagai contoh, pemilik mengungkapkan bahwa lampu indikator oli sering menyala. Apabila ini sudah cukup lama, berarti kemungkinan terjadi keausan pada komponen mesin yang memerlukan pelumasan. Padahal apabila saat terjadi langsung diperiksa kemungkinan hanya jumlah oli yang kurang atau pompa pelumas yang aus. Sehingga pertanyaan kapan ini sangat penting untuk keperluan diagnosis. Disamping itu dalam kaitannya dengan pertanyaan kapan ini, juga perlu dipertanyakan perlakuan yang sudah dilaksanakan sampai dengan saat ini. Hal ini untuk meng-ungkap, kemungkinan permasalahan tambahan selain permasalahan sebelumnya. Sebab dengan adanya perlakuan sesudah terjadi permasalahan, terdapat kemungkinan permasalahan utama tidak teratasi dan terjadi permasalahan tambahan yang kadang justru menutup permasalahan sebelumnya.

Diagnoser juga perlu mempertanyakan lokasi kejadian apabila memungkinkan. Sebab ada kemungkinan lokasi ikut ber-peran terhadap munculnya permasalahan. Sebagai contoh, daerah pegunungan, dijalan tol dan sebagainya. Kondisi pegunungan yang banyak jalannya naik dan turun tajam, dengan jumlah minyak pelumas minim kadang akan menyebabkan pompa oli keluar dari permukaan, sehingga kadang tidak terkirim oli pada komponen yang seharusnya dilumasi, akibatnya jelas yaitu keausan. Pertanyaan selanjutnya adalah how atau bagaimana proses terjadinya permasalahan. Pertanyaan ini megungkap cerita saat terjadinya permasalahan pada kendaraan tersebut. Jawaban ini akan menambah informasi sebagai dasar pelacakan lebih lanjut. 

Pengumpulan data belum berhenti, dilanjutkan dengan pemeriksaan langsung pada kendaraan secara fisik yang berkaitan dengan keluhan yang sudah disampaikan oleh pemilik kendaraan. Pemeriksaan dalam rangka pengumpulan data ini, dilakukan baik pada saat mesin berhenti dan apabila memungkinkan dalam keadaan jalan. Langkah ini disamping proses pengumpulan data, juga untuk memastikan bentuk keluhan pemilik pada kendaraan. Dengan cara demikian, tolok ukur perbaikan yang akan dilaksanakan dapat sesuai dengan permintaan pemilik kendaraan. Langkah pemeriksaan ini kadang tidak dapat dilaksanakan, apabila kendaraan dalam keadaan mogok. Usaha pertama yang perlu dilakukan adalah mencoba menghidupkan mesin, namun apabila tidak mungkin maka jalan keluarnya overhaul

2)        Penarikan Kesimpulan.

Penarikan kesimpulan dalam hal ini adalah memunculkan jawaban sementara terhadap permasalahan kendaraan, berdasarkan data-data atau informasi yang telah diperoleh. Dalam bahasa penelitian adalah pengajuan hipotesis. Cara penarikan kesimpulan ini menggunakan cara induksi dan deduksi. Pengajuan jawaban sementara ini dimungkinkan lebih dari satu jawaban, namun diagnoser telah mempunyai atau mem-buat urutan prioritas. 

3)        Pengujian 

Pengujian ini dalam penelitian dikenal dengan istilah pengujian hipotesis. Dalam kegiatan diagnosis, merupakan pengujian jawaban sementara yang telah dirumuskan. Langkah pengujian ini sangat penting untuk memastikan permasalahan dan menghindarkan proses coba-coba seperti pada pendekatan trial and error. Sebagai contoh, kompresi mesin terukur rendah. Penyebabnya sebenarnya sudah jelas yaitu adanya kebocoran, namun dimana letak kebocoran tersebut yang perlu hati-hati. Sebab kebocoran dapat terjadi pada katup, perpak kepala silinder, atau pada ring piston.  Dari ketiga kemungkinan tersebut paling tidak ada dua kemungkinan perbaikan yang perlu dilakukan, yaitu bongkar kepala silinder dan overhaul mesin. Bila yang bocor katup dan perpak maka cukup hanya membongkar kepala silinder, sedangkan apabila yang bocor ring piston, maka mesin harus overhaul. Sudah tentu ongkos jasa untuk overhaul lebih mahal dibandingkan dengan hanya membongkar kepala silinder. Oleh karena itu, proses pengujian kemungkinan permasalahan sebelum dilakukan perbaikan, akan mengefektifkan pekerjaan dan meringankan ongkos jasa perbaikan. Dengan demikian langkah pengujian merupakan proses menemukan jawaban dari beberapa jawaban sementara yang diajukan. Sehingga melalui langkah ini akan terjadi proses penerimaan dan penolakan terhadap jawaban sementara. Jawaban yang diterima, merupakan dasar dilakukannya perbaikan permasalah-an kendaraan. Dengan demikian prosedur diatas dapat dituliskan sebagai berikut: 

Langkah 1  :   

·         Perumusan masalah 

·         Proses penterjemahan bahasa, dari bahasa driver/pemilik kendaraan ke bahasa bengkel/teknik.

Langkah 2  :  

·         Pengkajian Permasalahan

Ø  Secara Induksi      : menanya  operator, melihat kondisi fisik, mencoba kondisi running 

Ø  Secara deduksi     : mengkaji  sistem  melalui  buku manual atau  buku-buku materi yang relevan.

Langkah 3  :   

·         Perumusan kemungkinan kerusakan. Berdasarkan hasil kajian langkah 2 dirumuskan ke-mungkinan-kemungkinan  kerusakan yang terjadi dan mengatur dari yang mudah ke yang sulit.

Langkah 4  :

·         Pengujian     kemungkinan-kemungkinan     kerusakan langkah 3 menghasilkan jawaban yang sifatnya baru teoritis atau sementara yang dalam metode ilmiah di sebut dengan hipotesis.  Oleh karena  itu perlu diuji kebenarannya.

Langkah 5   :

·         Merumuskan  kerusakan  berdasarkan  hasil pengujian, akhirnya ditemukan jawaban/kerusakan  yang terjadi